Ayam Aseel disebut sebagai nenek
moyangnya ayam petarung di dunia. Hal ini karena diakui bahwa ayam petarung
Aseel adalah jenis ayam petarung paling tua. Ayam ini berasal dari negeri
tempat asal sabung ayam mulai dilakukan, yaitu India dan Pakistan. Sebuah
naskah berusia kurang lebih 3500 tahun mencatat ada jenis ayam petarung di
India yang biasa digunakan oleh masyarakat setempat untuk ritual keagamaan.
Hingga saat ini, ayam petarung di
dunia mungkin saja adalah anak cucu dari Aseel. Kita tahu sejarah sabung ayam
berasal dari India lalu menyebar ke dunia. Siapa yang tahu kalau Bangkok adalah
ayam Aseel yang telah mengalami ratusan kali kawin silang senhingga
menghasilkan jenis baru seperti yang kita lihat hari ini. Begitu pula ayam
Burma, Shamo, Filipina, dan ayam-ayam petarung lain.
Sebuah kitab bernama
“Dharmastrastra Manu” yang berasal dari 1500 tahun SM ditemukan di India. Ada
beberapa catatan di sana bahwa sejak saat itu orang-orang di lembah sungai
Indus sudah mulai melakukan ternak ayam. Tidak hanya untuk konsumsi, melainkan
juga untuk kontes dan tarung. Selama berabad-abad, ayam Aseel telah mengalami
banyak sekali perubahan dari segi fisik dan mental bertarungnya.
Keturunnannya telah melahirkan
beberapa jenis ayam Aseel baru, seperti Madras Aseel, Ghant Aseel, dan Sonatol
Aseel. Ketiganya memiliki cirri fisik dan gaya bertarung yang berbeda walaupun
ada beberapa kemiripan juga. Gaya khas bertarung ayam Aseel adalah menunggu. Ia
lambat panas. Tapi staminanya sangat baik. Konon ayam ini mampu bertarung
selama dua jam nonstop. Ketika ayam lawan kendur staminanya, Ayam Aseel akan
menyelesaikan pertarungan.
Ayam ini masuk ke Timur Tengah dan terkenak
menjadi ayam petarung di sana. Di Turki ayam ini paling terkenal. Oleh karena itu kata Aseel yang
berasal dari bahasa Arab (Asli) diambil menjadi nama ayam hingga sekarang ini.
Sejarah Ayam Aseel di Indonesia tidak terlalu banyak diketahui. Hingga saat ini
pun sangat langka orang yang mengembangbiakkan ayam Aseel di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar